“MAKALAH KORESPONDENSI BAHASA INDONESIA”
BAGIAN SURAT DAN FUNGSINYA
Dosen
Pengasuh: Dr. Gustianingsih,M.Hum
DISUSUN
KELOMPOK IV:







DIII
KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2013/2014
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………….1
PRAKATA………………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………..3
1.3 Manfaat…………………………………………………………………………3
BAB II ISI…………………………………………………………………………………..4
2.1 Kepala (kop)…………………………………………………………………….4
2.2 Nomor………………………………………………………………………......4-5
2.3 Tanggal…………………………………………………………………………5-6
2.4 Lampiran………………………………………………………………………..6-7
2.5 Hal atau Perihal…………………………………………………………………7-8
2.6 Alamat Tujuan…………………………………………………………………..8-9
2.7 Salam Pembuka…………………………………………………………………9-10
2.8 Isi Surat………………………………………………………………………….11
2.8.1 Alenea Pembuka ………………………………………………………….11
2.8.2 Alenea Transisi ……………………………………………………………11-12
2.8.3 Alenea Penutup…………………………………………………………….11-13
2.9 Salam Penutup……………………………………………………………………12-13
2.10 Nama Organisasi yang Mengeluarkan Surat……………………………………12-13
2.11 Jabatan Penanda Tangan………………………………………………………...13-14
2.12 Tanda Tangan dan Nama Penanggung Jawab…………………………………..14-18
2.13 Tembusan………………………………………………………………………..18
2.14 Inisial Pengonsep dan Pengetik…………………………………………………18-19
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………20
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………...20
3.2 Saran……………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..21
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………..3
1.3 Manfaat…………………………………………………………………………3
BAB II ISI…………………………………………………………………………………..4
2.1 Kepala (kop)…………………………………………………………………….4
2.2 Nomor………………………………………………………………………......4-5
2.3 Tanggal…………………………………………………………………………5-6
2.4 Lampiran………………………………………………………………………..6-7
2.5 Hal atau Perihal…………………………………………………………………7-8
2.6 Alamat Tujuan…………………………………………………………………..8-9
2.7 Salam Pembuka…………………………………………………………………9-10
2.8 Isi Surat………………………………………………………………………….11
2.8.1 Alenea Pembuka ………………………………………………………….11
2.8.2 Alenea Transisi ……………………………………………………………11-12
2.8.3 Alenea Penutup…………………………………………………………….11-13
2.9 Salam Penutup……………………………………………………………………12-13
2.10 Nama Organisasi yang Mengeluarkan Surat……………………………………12-13
2.11 Jabatan Penanda Tangan………………………………………………………...13-14
2.12 Tanda Tangan dan Nama Penanggung Jawab…………………………………..14-18
2.13 Tembusan………………………………………………………………………..18
2.14 Inisial Pengonsep dan Pengetik…………………………………………………18-19
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………20
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………...20
3.2 Saran……………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..21
PRAKATA
Puji
syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Korespondensi Bahasa Indonesia
yang berjudul “ Bagian Surat dan Fungsinya”
Dalam makalah ini,kami tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Korespondensi Bahasa
Indonesia,Ibu Dr. Gustianingsih,M.Hum dan kepada teman-teman yamg telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis mengharap kritik
dan saran demi perbaikan makalah ini.
Medan , November 2013
Kelompok IV
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
surat terdiri dari bagian-bagian. Bagian-bagian surat resmi pada umumnya adalah
kepala (kop), nomor, tanggal, lampiran, hal/perihal, alamat tujuan, salam
pembuka, isi surat, salam penutup, nama organisasi/unit organisasi yang
mengeluarkan surat, jabatan penanda tangan, tanda tangan dan nama penanggung
jawab, tembusan, inisial pengonsep dan pengetik.
Beberapa
instansi ada yang menambahkan sifat atau klasifikasi surat. Setiap bagian surat
mempunyai fungsi tertentu,cara penempatan, dan teknik penulisannya.
1.2 Tujuan
1.2.1
Untuk menjelaskan
bagian surat dan fungsinya
1.2.2
Untuk menjelaskan
contoh dari setiap bagian surat
1.3 Mamfaat
1.3.1
Untuk mengetahui bagian
surat dan fungsinya
1.3.2
Untuk mengetahui contoh
dari setiap bagian surat
BAB
II
ISI
Setiap
surat terdiri atas bagian-bagian. Dari bagian-bagian surat pada posisi tertentu
akan membentuk model (style) yang
terbentuk pula. Bagian-bagian surat resmi pada umumnya adalah:
2.1 KEPALA (KOP)
Surat
resmi umunya ditulis pada kertas yang memakai kepala surat atau kop.
Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang merupakan identitas organisasi, yaitu:
a. Nama organisasi atau lembaga
b. Alamat kantor pusat dan cabang
c. Nomor telepon
d. Nomor faksimili
e. Nomor kotak pos atau tromol pos
f. Alamat kawat/e-mail
g. Lambang (logo).
Setelah menilik isinya dapat diketahui guna kepala surat adalah untuk :
1. Identitas organisasi
2. Mengetahui nama dan alamat kantor/organisasi
3. Memberikan informasi atau keterangan tentang organisasi ,dan
4. Alat promosi (bagi perusahaan).
Sertas berkepala surat hanya dipakai untuk keperluan organisasi, tidak boleh dipakai untuk keperluan pribadi, kecuali kertas surat untuk tujuan promosi, misalnya kertas usrat yang disediakan di kamar-kamar hotel besar dengan memakai hotel logo tertentu.
Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang merupakan identitas organisasi, yaitu:
a. Nama organisasi atau lembaga
b. Alamat kantor pusat dan cabang
c. Nomor telepon
d. Nomor faksimili
e. Nomor kotak pos atau tromol pos
f. Alamat kawat/e-mail
g. Lambang (logo).
Setelah menilik isinya dapat diketahui guna kepala surat adalah untuk :
1. Identitas organisasi
2. Mengetahui nama dan alamat kantor/organisasi
3. Memberikan informasi atau keterangan tentang organisasi ,dan
4. Alat promosi (bagi perusahaan).
Sertas berkepala surat hanya dipakai untuk keperluan organisasi, tidak boleh dipakai untuk keperluan pribadi, kecuali kertas surat untuk tujuan promosi, misalnya kertas usrat yang disediakan di kamar-kamar hotel besar dengan memakai hotel logo tertentu.
2.2 NOMOR
Nomor
surat sangat perlu dicantumkan karena berguna :
1. Untuk memudahkan pengaturan surat, terutama penyimpanan dan penemuannya kembali
(inget penyimpanan surat dengan sistem nomor)
2. Untuk mengetahui jumlah surat yang dikeluarkan dalam periode tertentu ( nomor surat
sekaligus menunjukkan jumlah)
3. Unutk penunjukan sumber dalam kegiatan surat-menyurat dengan cara menunnjukkan nomor
surat yang dibalas atau ditindaklanjuti.
Rangkaian nomor surat umumnya terdiri atas:
a. Nomor urut
b. Kode intern
c. Bulan
d. Tahun pembuatan surat.
Angka yang menunjukkan bulan ditulis dengan angka romawi atau angka arab. Angka tahun seharusnya ditulis dengan lengkap, tetapi dalam praktik banyak yang disingkat menjdi dua angka arab.
Kode intern organisasi dapat dibuat bervariasi dengan membuat kode khusus untuk masing-masing unit sehingga nomor surat pada bagian atau biro yang satu dapat berbeda dengan biro atau bagian lainnya.
Posisi nomor dalam surat-menyurat Indonesia ada dua macam yaitu:
1. Dalam surat berperihal (bentuk resmi, bentuk lurus, dan bentuk bertakuk), nomor surat
sitempatkan dibagian kiri atas kertas surat, dibawah kepala surat.
2. Dalam surat berjudul, nomor surat ditempatkan dibawah judul surat, ditengah kertas bagian
atas.
1. Untuk memudahkan pengaturan surat, terutama penyimpanan dan penemuannya kembali
(inget penyimpanan surat dengan sistem nomor)
2. Untuk mengetahui jumlah surat yang dikeluarkan dalam periode tertentu ( nomor surat
sekaligus menunjukkan jumlah)
3. Unutk penunjukan sumber dalam kegiatan surat-menyurat dengan cara menunnjukkan nomor
surat yang dibalas atau ditindaklanjuti.
Rangkaian nomor surat umumnya terdiri atas:
a. Nomor urut
b. Kode intern
c. Bulan
d. Tahun pembuatan surat.
Angka yang menunjukkan bulan ditulis dengan angka romawi atau angka arab. Angka tahun seharusnya ditulis dengan lengkap, tetapi dalam praktik banyak yang disingkat menjdi dua angka arab.
Kode intern organisasi dapat dibuat bervariasi dengan membuat kode khusus untuk masing-masing unit sehingga nomor surat pada bagian atau biro yang satu dapat berbeda dengan biro atau bagian lainnya.
Posisi nomor dalam surat-menyurat Indonesia ada dua macam yaitu:
1. Dalam surat berperihal (bentuk resmi, bentuk lurus, dan bentuk bertakuk), nomor surat
sitempatkan dibagian kiri atas kertas surat, dibawah kepala surat.
2. Dalam surat berjudul, nomor surat ditempatkan dibawah judul surat, ditengah kertas bagian
atas.
2.3 TANGGAL
Cara penulisan tanggal selalu
diikuti oleh bulan dan tahun dibedakan antara surat pribadi dan surat resmi.
Tanggal surat pribadi harus diawali dengan alamat pengirim surat. Lihat contoh
1 dan 2 sebagai berikut.
Penulisan tanggal untuk surat resmi
yang memakai kepala surat tidak wajib diawali oleh nama kota karena nama kota
telah tercantum pada kepala surat. Jika kepala surat terdapat beberapa nama
kota, dalam hal kantor pusat dan cabang-cabang memakai kop yang sama, nama kota
perlu ditulis untuk mengetahui dari mana surat berasal.
Bila tanggal ditempatkan di bagian
bawah kanan kertas surat, yaitu pada surat yang memakai judul, nama kota wajib
ditulis.
Di dalam surat resmi, penulisan
tanggal, bulan, dan tahun harus lengkap, tidak boleh disingkat atau
divariasikan. Nama bulan tidak boleh diganti dengan angka. Penulisan secara
lengkap itu perlu untuk menghindari kekeliruan atau hal lain yang merugikan.
Contoh
1
Jalan
Kenanga No. 83. Bandung (16497)
25 November 2004
Yth.
Bpk. Ahmadi
Jln.Paris Putih No.73
Palembang
Jln.Paris Putih No.73
Palembang
…… ………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Contoh 2
Nur Handayani
Jl.kenanga No. 83
Bandung 16497
25 November 2004
Yth. Bpk. Ahmad
Jl. Pasir putuh
palembang
Jl.kenanga No. 83
Bandung 16497
25 November 2004
Yth. Bpk. Ahmad
Jl. Pasir putuh
palembang
………
………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.4 LAMPIRAN
Lampiran adalah sesuatu yang
melengkapi sebuah surat. Kelengkapan itu umumnya berupa dokumen yang merupakan
kesatuan dengan surat pengantarnya. Surat yang mempunyai lampiran, mengemban
dua fungsi: (1) untuk menyampaikan maksud pengirimnya, (2) sebagai pengantar
untuk lampirannya. Oleh sebab itu, sesuatu yang dilampirkan, misalnya brosur,
kuitansi, faktur, atau dokumen lainnya, harus disebutkan di dalam isi surat.
Untuk menyebutkan adanya lampiran
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
menyebutkan satu per satu setiap dokumen yang dilampirkan, bila lampirannya
sedikit. Kedua, menyebutkan secara
umum, bila lampirannya banyak.
Contoh
untuk menyatakan lampiran yang sedikit:
Agar
lebih jelas bagi Saudara, bersama ini kami lampirkan brosusr, daftar harga, dan
kartu garansi.
Contoh
untuk menyatakan lampiran yang banyak:
Untuk
melengkapi lamaran ini, bersama ini saya lampirkan fotokopi ijazah dan
surat-surat penting lainnya.
Selain disebutkan di dalam isi
surat, lampiran harus dinyatakan pula di dalam notasi lampiran. Ada dua cara
penulisan notasi lampiran dengan memperhatikan bentuk surat yang dipakai.
(1) Dalam
surat bentuk resmi, lampiran ditempatkan di bagian kiri atas, di bawah nomor
surat. Yang dituliskan hanya jumlahnya.
(2) Dalam
surat bentuk lurus, bentuk bertakuk, dan surat berjudul, lampiran ditempatkan
di bagian kiri bawah kertas surat. Posisi lampiran tidak sejajar dengan nama
penanda tangan atau jabatan penanda tangan, atau NIP/NRP/NIK, melainkan di
bawahnya. Jika yang dilampirkannya hanya satu macam, maka penulisannya sama
dengan surat bentuk resmi, yaitu di sebelah kanan notasi lampiran itu (sebaris
dengan notasinya).
Tempat
untuk menuliskan notasi lampiran pada surat bentuk lurus dan bentuk bertakuk
cukup luas sehingga bila perlu lampiran itu dapat dirinci. Jika yang
dilampirkan lebih dari satu macam akan dirinci, rinciannya ditempatkan di bawah
notasi lampiran dan diberi nomor urut.
Dengan
adanya notasi lampiran, pembaca segera tahu bahwa surat itu mempunyai lampiran,
dan ia akan memeriksa kebenarannya. Seandainya tercatat ada lampiran, tetapi
ternyata lampirannya tidak ada atau kurang, dengan mudah pembaca akan
mengetahuinya.
2.
5 HAL atau PERIHAL
Perihal
berfungsi untuk memberi petunjuk kepada pembaca tentang masalah pokok surat.
Perihal surat sama fungsinya dengan judul pada karangan lain. Cukup banyak
surat yang lazim ditulis dengan sistem judul, misalnya surat keputusan, surat
perjanjian dan surat perintah.
Kedudukan
hal atau perihal dalam surat resmi kiranya sudah mantap,dan tentang posisinya
tidak masalah,yaitu dibawah lampiran.
Contoh:
Nomor
:……
Lampiran
:
Perihal
: pengangkatan pegawai Negeri
Sipil
Penulisan surat bentuk lurus dan
setengah lurus sering menuliskan perihal mulai dari margin kiri seperti cara
penulisan perihal surat bentuk lurus penuh.
Ketentuan penulisan judul yaitu :
1. Bila
perihal ditulis dengan huruf biasa (gabungan huruf capital dan huruf kecil/lowercase), huruf awal setiap kata depan
atau kata penghubung harus ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
Hal: permohonan izin untuk mendirikan
pabrik pupuk di cilacap
2. Perihal
surat tidak lazim ditulis seluruhnya dengan huruf kapital hanya dipakai untuk
menuliskan judul surat. Jenis huruf ini sekaligus merupakan ciri pembeda antara
surat yang memakai perihal dan surat yang memakai judul. Maksudnya, perihal
surat ditulis dengan kombinasi huruf besar- kecil, sedangkan judul surat selalu
ditulis dengan huruf kapital.
3. Pada
akhir perihal tidak diberi tanda titik.
4. Bila
perihal lebih dari satu baris,jarak pengetikan antarbaris satu spasi.
5. Pemakaian
garis bawah(under line) sekarang ini
sudah tidak lazim. Yang masih sering
dipakai adalah garis batas (border
line).
Contoh :
Cara Inggris
(perihal ditempatkan setelah salam pembuka)
Dengan hormat,
Hal : pesanan alat tulis kantor
2.
6 ALAMAT TUJUAN
Alamat
tujuan surat ada dua macam:
1. Alamat
luar, yaitu alamat yag ditulis pada sampul surat ; dan
2. Alamat
dalam,yaitu alamat yang ditulis pada kertas surat
Kelemahan penulisan
alamat tujuan yaitu :
1. Alamat
tujuan beserta alamat pengirim sebaiknya ditempatkan pada satu sisi amplop
saja. Jadi, tidak perlu amplop surat ditulis bolak-balik.
2. Alamat
surat tidak wajib diawali dengan kepada dan sejenisnya asalkan alamat tujuan
ditempatkan pada posisi yang tepat. Penulisan alamat tujuan dapat langsung
diawali dengan yth atau dengan sapaan
bapak/ibu/saudara.
3. Ungkapan
yang terhormat (Yth .) – sebagai penghalus – tidaklah selalu dipakai dalam
alamat tujuan.
Memakai Yth dalam alamat tujuannya :
a. Surat
dari seorang bawahan kepada atasannya
b. Surat
dari perusahaaan kepada relasinya
c. Surat
dari anggota organisasi kepada pemimpin organisasinya
d. Surat
dari seseorang kepada orang tertentu yang dirasa perlu disapa dengan ungkapan
Yth ., misalnya orangtua, atau yang dituangkan, alim ulama, para pembuka atau
tokoh masyarakat dan orang-orang lain yang pantas disapa dengan Yth.
4. Pada
akhir setiap baris termaksud setelah baris terakhir yang biasanya berisi nama
kota. nama daerah,termaksud nama negara, tidak diberi tanda titik kecuali bila
ada singkatan.
5. Dalam
penulisan alamat tujuan dapat dipakai singkatan yang lazim dengan mengindahkan
ketentuan penulisan singkatan yang berlaku
6. Kode
pos hanya ditulis pada alamat luar. Kode pos perlu dicantumkan untuk memudahkan
petugas pos mengetahui wilayah/lokasi alamat yang dituju.
Cara
penulisan alamat tujuan pada sampul surat
1. Kepada
pejabat dengan menuliskan jabatanya
2. Kepada
perseorangan dengan langsung menuliskan nama orangnya.
Contoh :
Kepada
perseorangan
Yth. Sdr. Budi Santoso
Jln. Persatuan No. 35
Ciputat,Kebayoran Lama
Jakarta1233320
2.7 SALAM PEMBUKA
Salam pembuka hanya dipakai pada
surat yang berperihal,gunanya agar tidak terasa kaku. Secara teoritis pemakaian
salam pembuka sifatnya tidak wajib.
Beberapa
contoh salam pembuka yang dipakai dalam surat resmi.
1. Dengan
hormat.
2. Bapak
(Pak) ………. yang terhormat,
3. Ibu……….
yang terhormat,
4. Saudara
….yang saya/kami hormati,
5. Salam
sejahtera;
6. Assalamualaikum
Wr. Wb…
2.8 ISI SURAT
Isi surat yang paling ideal yang
terdiri tiga macam alinea,yaitu alinea pembuka, alinea transisi, dan alinea
penutup.
2.8.1
Alinea Pembuka
Alinea pembuka berfungsi sebagai
pengantar bagi pembaca untuk segera mengetahui masalah pokok surat. Alinea
pembuka harus mampu memotivasi pembaca untuk tetap bergairah membaca seluruh
isi surat.
Untuk memulai alinea pembuka yang
bertujuan untuk memberitahukan, menanyakan, meminta, melaporkan, dan
menyampaikan, dapat digunakan bentuk-bentuk dibawah ini.
1. Kami
beritahukan bahwa ….
2. Dengan
ini kami kabarkan bahwa…
3. Dengan
sangat menyesal kami beri tahukan….
4. Pada
kesempatan ini kami bermaksud menanyakan…
5. Dengan
ini kami menanyakan…
6. Kami
mohon bantuan Saudara untuk…
7. Perkenankanlah
kami melaporkan..
8. Sesuai
pembicaraan kita minggu yang lalu..
9. Sebagai
tindak lanjut pertemuan kita..
10. Sebagai
realisasi perundingan kita..
11. Bersama
ini kami berikan daftar….
Jika
menjawab atau membalas surat dan menunjuk surat/iklan tertentu, untuk alinea
pembukanya dapat digunakan bentuk-bentuk dibawah ini
1. Untuk
menjawab surat Saudara Nomor..
2. Untuk
membalas surat Saudara Nomor..
3. Sehubungan
dengan surat Saudara Nomor..
4. Berkenaan
dengan surat Saudara Nomor..
5. Menunjuk
surat Anda Nomor..
6. Untuk
memenuhi permintaan Saudara melalui Surat Nomor..
7. Setelah
membaca iklan perusahaan Bapak dalam harian..
2.8.2
Alenia Transisi
Alenia transisi berisi uraian,
keterangan, atau penjelasan tentang masalah pokok surat yang tertera dalam
alenia pembuka.
Alenia
transisi dalam isi surat dapat dibangun dengan beberapa cara:
1) Cara
repetisi
Yaitu
pengulangan sebagian unsur sebelumnya untuk memulai alenia baru
Contoh:
Alenia awal Dengan
ini kami kabarkan bahwa direktur kami sedang menderita sakita dan kini beliau
dirawat di Rumah Sakit Islam, Jakarta
Alenia lanjutan karena
direktur kami sakit, pertemuan yang semula dijadwalkan berlangsung tanggal…
terpaksa ditunda
2) Bantuan
Frasa Transisi
Berfungsi
untuk mempererat hubungan antar alinea. Beberapa contoh frasa transisi yang
dipakai pada awal alinea.
1. Oleh
sebab itu,…
2. Sehubungan
dengan itu,…
3. Sehubungan
dengan hal tersebut,…
4. Akan
tetapi,..
5. Walaupun
demikian,…
6. Dalam
pada itu,…
7. Di
samping itu,…
8. Selain
itu,…
9. Berkenaan
dengan hal tersebut,…
10. Berkaitan
dengan hal di atas,…
Contoh:
Alinea awal Kami beritahukan kepada Saudara bahwa perusahaan
kami tel;ah ditunjuk sebagai dealer barang elektronik merk Kawaguchi
untuk seluruh Indonesia.
Alenia lanjutan Sehubungan
dengan hal terssebut , kami membuka kesempatan kepada perusahaan swasta
nasional untuk menjadi agen. Adapun persyaratannya adalah…
3) Bantuan
Kata Penghubung
Kata-kata
penghubung seperti meskipun, berhubung, tetapi,namun, sebaliknya,
kemudian,selanjutnya, dan tadi.
Contoh:
Alinea awal Menurut catatan kami, ternyata Saudara masih belum
melunasi faktur No.357/A/98 tanggal 25 Oktober 1998 sebesar Rp 18.975.000,00.
Utang tersebut sebenarnya sudah harus Saudara bayar pada akhir bulan Desember
(jatuh tempo tanggal 28 Desember 1998).
Alinea lanjutan Meskipun keterlambatan itu mungkin tidak disengaja,
tetapi untuk meniaga kelancaran perputaran uang, kami mengharap agar Saudara
segera melunasi utang tersebut.
2.8.3 Alinea Penutup
Berfungsi
untuk menandakan uraian masalah pokok surat sudah selesai dan untuk merumuskan
simpulan, mengemukakan harapan atau imbauan, dan mengucapkan terima kasih.
Alinea harus singkat dan tegas serta tidak berisi basa-basi berlebihan.
Contoh
alinea penutup.
1. Atas
perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
2. Atas
bantuan dan perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
3. Demikianlah
agar Saudara maklum, dan atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
4. Harapan
kami semoga kerja sama yang telah kita bina dapat ditingkatkan terus.
5. Mudah-mudahan
bahan pertimbangan yang kami kemukakan di atas bermamfaat bagi Saudara.
6. Kami
menunggu kabar lebih lanjut, dan atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
7. Kami
harap hal ini mendapat perhatian Saudara sepenuhnya, dan tak lupa kami ucapkan
terima kasih.
8. Perhatian
Saudara terhadap hal ini sangat kami hargai.
9. Intruksi
ini agar dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2.9 SALAM PENUTUP
Seperti
halnya salam pembuka ,pemakaian salam penutup di dalam surat sifatnya tidak
wajib.dalam praktik,surat pribadi dan surat niaga selalu memakai salam penutup
,sedangkan surat dinas pemerintah jarang memakai salam penutup.memang di dalam surat-surat rutin untuk rekan sekerja
atau antarpejabat pada eleson yang tidak jauh berbeda ,lebih -lebih dari atasan
kepada bawahan ,salam penutup tidak dipakai.tetapi,bila seorang pegawai rendah
di dalam urusan dinas meminta.fasilitas
melalui surat kepada puncak
pimpinan,salam penutup tentu perlu
dipakai.
Salam
penutup hanya dipakai dalam surat-surat berita.tempatnya di bawah isi surat.gunanya
untuk menunjukkan rasa hormat atau sikap akrab pengirim terhadap penerima
surat.bunyi salam penutup bermacam-macam ,bergantung pada bentuk hubungan
antara pengirim dan penerima surat.inilah beberapa contoh salam penutup yang dapat dipakai dalam
penulisan surat resmi.
1.Hormat
kami,
2.Salam
kami,
3.Salam
hormat ,
4.Teriring
salam,
5.Disertai
salam,
6.Salam
takzim,
7.Wasalam,
2.10 NAMA ORGANISASI YANG MENGELUARKAN SURAT
Dalam
surat niaga ,setelah salam penutup masih sering tercantum nama organisasi yang
sering mengeluarkan surat .hal itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa surat
yang dikirim mewakili organisasi ,bukan
mewakili pribadi .akan tetapi ,setelah di timbang-timbang manfaatnya,terasa
nama organisasi tidak perlu dicantumkan lagi karena telah terdapat pada kepala
surat.
Penulisan
nama unit organisasi yang mengeluarkan surat itu diperlukan sebagai petanda
bahwa surat yang dimaksud hanya mewakili
unit tertentu saja .bukan mewakili organisasi secara keseluruhan.nama
organisasi atau organisasi cukup diketik dengan kombinasi huruf besar kecil.
1.Contoh
surat mewakili organisasi secara penuh (nama organisasi tidak wajib
dicantumkan)
Hormat kami
Slamet Hartono
Direktur Utama
2.Contoh
dalam surat dinas pemerintah,di bawah nama penanda tangan dicantumkan nomor
induk pegawai (NIP)
Kabag
Rumah Tangga
Suratman,S.H NIP 130699321
2.11 JABATAN PENANDA TANGANAN
Jika dalam surat niaga nama penanda
tangan ditempatkan di bawah tanda tangan, di dalam surat pemerintah justru
kebalikannya: nama jabatan dicantumkan lebih dahulu, kemudian tanda tangan,
barulah diikuti oleh nama penanda tangan di bawahnya. Perbedaan itu terjadi
karena dua alasan yaitu:
a. Dalam
surat niaga, di bawah nama penanda tangan jarang dicantumkan nomor pokok
anggota organisasi atau nomor registrasi karyawan. Yang dicantumkan dibawah
nama adalah jabatan penanda tangan. Hal ini tidak terlepas dari bentuk surat
yang banyak dipakai oleh perusahaan, yaitu bentuk lurus. Contohnya
Hormat
kami
PT
Mawar Melatri
Widyasari
Verdiana
Sekretaris
Direksi
b. Dalam
surat dinas pemerintah, di bawah nama penanda tangan dicantumkan nomor induk
pegawai (NIP) . Contohnya
Kabag
Rumah Tangga
Suratman, S.H.
NIP
130699321
2.12. TANDA TANGAN dan NAMA PENANGGUNG JAWAB
Dalam
tradisi korespondensi Indonesi, yang boleh menanda tangani surat adalah orang
yang namanya tercantum di dalam surat. Yang berwenang menandatangani sebuah
surat adalah orang yang bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakannya
baik atas nama organisasi secara keseluruhan, maupun atas nama unit organisasi.
Dalam surat menturat Indonesia tidak
boleh terjadi yang tertulis lain, yang menandatangani lain. Maksudnya, tidak
boleh terjadi yang tertulis namanya si A tetepi yang menandatangani si B. Cara
tersebut tidak dikenalkan dalam korespondensi Indonesia, apalagi di dalam surat
dinas.
Tradisi diatas merupakan kebiasaan
korespondensi asing. Dalam surat-surat Inggris dan Amerika, lumrah terjadi jika
yang tertulis nama si A, yang menandatanganinya si B (misalnya karena B
merupakan wakil A). Penandatanganan dengan cara demikian diperbolehkan dalam
surat Inggris dan Amerika dengan cara mencantumkan singkatan p.p (per procurasi = yang diberi kuasa) di
sebelah kiri tanda tangan.
Pendelegasian wewenang atau pelimpahan
kekuasaan untuk penandatanganan surat memang dapat dilakukan demi kelancaran
arus pekerjaan, atau karena pejabat utama yang harus menandatangani surat
sedang berhalangan. Dalam surat-menyurat Indonesia caranya diatur berdasarkan
hierarki jabatan dengan melihat ruang lingkup tugas rutin atau tugas khusus
dari pejabat yang diberi kuasa.
Dalam surat dinas pemerintahan
setelah tanda tangan dan nama jelas, dicantumkan NIP (nomor induk pegawai),
maksudnya untuk mengetahui identitas dari kesatuan mana atau departemen mana
pegawai tersebut, Begitu juga nama pejabat penting dicantumkan untuk mengetahui
dari bagian mana surat itu dikeluarkan.
Biasanya memakai istilah-istilah
sepeti : a.n. (atas nama), u.b. (untuk beliau),
anb. (atas nama beliau), a.p (atas
perintah), dan sebagainya.
1.Atas
Nama
Cara
ini dipakai bila pejabat utama melimpahkan kekuasaan kepada bawahannya untuk
menandatangani surat atas nama pejabat utama. Pemberian kuasa harus sesuai
dengan bidang tugas rutin dari pejabat yang diberi kuasa, kecuali untuk hal-hal
yang bersifat khusus. Batas wewenang penandatanganan dan jenis-jenis surat yang
boleh ditandatangani dengan atas nama tentu
harus diaur dengan jelas dalam ketentuan tersendiri. Atas dasar ketentuan
tersebut, surat yang ditandatangani oleh pejabat bawahan dengan
mengatas-namakan atasannya tidak perlu lagi mendapat persetujuan atasan
terlebih dahulu karena atas nama telah
mengandung pengertian mewakili atasan, termasuk kekuasaan dan tanggung jawab
untuk surat yang ditandatangani itu
Contoh
A.n. Menteri
Pendidikan Nasional RI
Sekretaris
Jenderal
Dr. Siswono
Singodimejo
NIP
.................................
Dalam
contoh ini menunjukkan sekretasis jenderal menandatangani surat atas nama
menteri (mempunyai kekuasaan mewakili menteri).
Contoh
A.n. Direktur PT Kencana Bahari
Ahmad Faisal, S.H.
Manajer Pemasaran
Manajer Pemasaran
Contoh
ini Ahmad Faisal bertindak mewakili direktur untuk menandatangani surat dan
mempertanggung-jawabkannya karena surat itu menyangkut bidang pemasaran.
2. Untuk
Beliau
Delegasi
wewenang untuk beliau dipakai bila
pendelegasian wewenang terdiri atas dua tingkat. Yang dimaksud dengan
pendelegasian wewenang dua tingkat adalah bilapejabat yang telah mendapat
kekuasaan atas nama melimpahkan lagi
wewenang untuk menandatangani surat kepada bawahannya. Pelimpahan wewenang itu
harus sesuai dengan hierarki dan bidang tugas rutin dari pejabat yang diberi
kuasa.
Penandatanganan
surat dengan untuk beliau juga
mengandung pengertian bahwa yang menandatangani surat bukanlah orang terakhir yang
bertanggung jawab untuk surat yang ditandatanganinya itu. Tanggung jawab penuh
tetap berada pada atasannya. Oleh sebab itu, penandatanganan melalui delegasi
wewenang untuk beliau hanya dapat
dilakukan untuk surat-surat yang pembuatannya diketahui oleh atasan, atau atas
perintah atasan. Jadi, pejabat yang menandatangani surat tidak merupakan wakil
dari atasannya dari segi jabatan melainkan terbatas mewakili atasan dalam
penandatanganan saja agar surat menjadi sah. Perhatikan contoh pemakaian u.b.
berikut ini :
Contoh
(i)
A.n.
Menteri Pendidikan Nasional RI
Kepala Biro Kepegawaian
u.b.
Kepala Bagian Mutasi
Tenaga Edukatif
Tenaga Edukatif
Ahmad Syarif, S.H.
NIP ........................
Kepala
Bagian Mutasi Tenaga Edukatif pada contoh di atas sama sekali bukan mewakili
Menteri Pendidikan Nasional. Ia bukan pula mewakili Kepala Biro Kepegawaian
dari segi jabatannya. Ia hanya menandatangani surat untuk atasannya yang dalam
hal ini diganti dengan sebutan untuk
beliau.
Contoh (ii)
Direktur
PT Seroja
u.b.
Dewi
Kencanawati
Sekretaris
Pada
contoh (ii) Dewi Kencaniwati tidak mewakili direktur dalam hal jabatan, tetapi
hanya menandatangani surat untuk menggantikan direktur. Dengan cara ini pembaca
surat tetap melihat surat tersebut datangnya dari direktur, bukan dari
sekretarisnya. Biasanya surat yang diserahkan oleh direktur untuk
ditandatangani oleh sekretaris bukanlah surat yang urgent
3. Atas
Nama Perintah
Singkatan
a.p. merupakan kepanjangan dari atas nama perintah dengan huruf kecil dan
masing-masing diakhiri titik. Singkatan ini digunakan jika pejabat yang
berwenang menandatangani surat memberikan kuasa kepada bawahannya.
Contoh:
a.p. Kepala Biro Organisasi
Kepala Subbagian Tata Usaha
a.p. Kepala Biro Organisasi
Kepala Subbagian Tata Usaha
Farhan Dani, S.Pd.
NIP...................
4. Atas
Nama Perintah Beliau
apb.
(atas perintah beliau), penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri
dengan titik. Singkatan ini digunakan jika seorang menteri menguasakan
penandatanganan surat kepada bawahannya.
Contoh:
Menteri Pendidikan nasional
apb.
Kepala Biro Kepegawaian
Menteri Pendidikan nasional
apb.
Kepala Biro Kepegawaian
Farhan Dani, S.Pd.
NIP.................
NIP.................
2.13
TEMBUSAN
Sebuah
surat akan mempunyai tembusan bila kopi surat dikirimkan kepada pihak ketiga
yang ada keterkaitannya dengan surat yang di keluarkan. Dengan cara itu orang
yang dikirimik tembusan mengetahui permasalahan surat,dan juga mengetahui
kepada siapa saja surat yang diterimanya itu ditembuskan.
Teknis
penulisan tembusan ada dua macam.
(1) Tembusan
yang objeknya hanya satu,dituliskan sebaris atau sejajar dengan notasinya.
(2) Tembusan
yang objeknya lebih dari satu,dituliskan berderet kebawah,dan di beri nomor
urut.
Dalam
penulisan tembusan adakalanya di perlukan tembusan
buta, yaitu tembusan yang disampaikan kepada pihak tertentu tanpa diketahui
oleh penerima atau objek surat. Tembusan buta dipakai untuk keperluan khusus
dan bersifat rahasia.
Berdasarkan
pengamatan di lapangan ternyata masih banyak ditemukan kesalahan pemakaian dalam penulisan tembusan di dalam
surat-surat. Hal itu dapat dilihat dari kasus berikut.
(1) Pada
akhir surat yang sudah nyata tidak mempunyai tembusan.
(2) Bila
objek tembusan lebih dari satu,dan rincian tembusan diberi nomor,pada nomor
terakhir sering di tuliskan kata arsip atau pertinggal.
(3) Dibelakang
objek tembusan sering dii tulis kata-kata sebagai laporan,untuk diketahui,atau
keterangan lainnya.
(4) Di
belakang notasi tembusan masih banyak ditemukan tambahan kata-kata ynag tidak
perlu atau mubazir.
2.14 INISIAL PENGONSEP dan PENGETIK
Inisial adalah singkatan nama
pengonsep dan pengetik surat.inisial kebanyakan terdiri atas dua huruf atau
lebih yaitu gabungan antara huruf awal nama kecil dan huruf awal nama
keluarga. Inisial banyak dipakai dalam
surat bisnis. Gunanya untuk mengetahui siapa konseptor dan pengetik surat.
Inisial merupakan bagian surat yang paling akhir,ditempatkan apada kaki surat
di bagian kiri bawah kertas surat. Setelah inisial tidak boleh aa tambahan
bagian surat lagi. Biasanya inisial
pengonsep di tulis dengan huruf kapital,sedangkan inisial pengetik di tulis
dengan huruf kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Bahwa dapat kami simpulkan dalam makalah
ini tentang bagian-bagian dan fungsi surat dalam melakukan pembuatan surat
resmi harus diperhatikan seperti kepala surat (kop), nomor, tanggal, lampiran,
hal/perihal, alamat tujuan, salam pembuka,isi surat, salam penutup, nama
organisasi/unit organisasi yang mengeluarkan surat, jabatan penanda tangan,
tanda tangan dan nama penanggung jawab, tembusan, inisial pengonsep dan
pengetik.
3.2 SARAN
Dapat kami sarankan bahwa dalam
makalah ini dalam membuat surat harus lebih memperhatikan bagian-bagian surat dan fungsi surat dengan baik dan benar. harus lebih memperhatikan penulisan surat
yang benar agar inti dari surat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada
penerima dapat dimengerti dengan baik dan dapat tersampai dengan jelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 1991. Aneka Surat Sekretaris & Bisnis
Indonesia. Jakarta: Usaha Mulia